Saturday, August 20, 2016

Hijrah

Assalamu'alaikum..

Well, people.. it's been a really long time ya. It took some time for me to convince myself to keep writing in this blog, and furthermore to not delete this page.

So, for me - at least - this is a start. I choose to hijrah. Not moving to another place to live, I just choose to change everything in me. So, let me tell you about my way to hijrah.

Postingan saya kali ini saya ingin berbagi pengalaman dengan teman teman semua mengenai pengalaman saya hingga saya memutuskan untuk hijrah. Sesungguhnya hijrah bukanlah perkara gampang. Sulit sekali bagi saya untuk meninggalkan masa lalu saya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Namun berkat pertolongan dari Allah SWT, In Syaa Allah proses ini bisa dilalui. So, let's we start.

Semua berawal di sekitar bulan April 2016 ini yang merupakan sebuah titik balik kehidupan bagi saya. Kisah ini terjadi dikarenakan adanya kesempatan bagi saya untuk menjalankan ibadah umroh. Bagi saya yang saat itu masih berada di masa-masa jahiliyah, kesempatan untuk beribadah umroh saya terima dengan perasaan ragu-ragu. Kenapa? Tenang, semua akan terjawab dalam tulisan saya ini.

Saya memang sudah memutuskan untuk mengenakan hijab sejak saya berumur 15 tahun, tepatnya ketika saya duduk di bangku kelas X SMA. Jadi, saya sudah mengenakan hijab selama kurang lebih 10 tahun. Tapi, saat itu hijab yang saya gunakan hanya sekedar hijab untuk menutupi rambut saya. Baru sekarang ini saya sepenuhnya sadar bahwa hijab yang saya kenakan pada waktu itu bukanlah hijab yang sesuai syariat, bukanlah hijab yang sesuai dengan perintah Allah SWT di Al Qu'ran. Saya masih mengenakan celana jins, kaos, dan terkadang pakaian itu begitu melekat di tubuh saya sehingga menampakkan bentuk tubuh saya meski saja mengenakan hijab. Saya juga masih bergaul dengan laki-laki yang bukan mahram saya, masih suka tertawa terbahak-bahak, dan hal-hal lainnya yang tidak mencerminkan seorang muslimah.

Ketika datang kesempatan bagi saya untuk melaksanakan umroh di tanah suci, jujur, saat itu saya agak takut untuk menjalankannya. Pernah dengar, bahwa apa yang kita lakukan selama hidup kita ini, akan langsung mendapatkan balasannya di tanah suci Makkah? Misal, selama hidup kita ini suka memaki orang, nanti hal itu biasanya akan dibalas di tanah suci, kelak di tanah suci sana nanti kita akan kena makian dari orang lain. Cerita cerita semacam ini begitu meneror pikiran saya karena sudah banyak orang orang yang mengalaminya dan menceritakannya kepada saya.

Saya banyak sekali berpikir saat itu. Saya takut apa yang saya lakukan selama ini akan mendapatkan balasannya disana. Saya mulai tersadar bahwa sudah banyak sekali kesalahan-kesalahan yang sudah saya perbuat. Saya merasa diri saya masih menyimpan sisi yang munafik. Saya masih malas malasan membaca Al Qu'ran, jarang sekali bahkan hampir tidak pernah datang ke Majelis Ta'lim, majelis ilmu, atau kegiatan serupa lainnya, seringkali terlintas hal-hal yang penuh kesombongan dalam benak saya, saya sulit sekali menahan emosi, saya juga sulit sekali menahan kesabaran, ego saya terlalu tinggi, sehingga seringkali saya bertengkar dengan orang tua saya, dan masih banyak lagi perilaku-perilaku buruk yang pernah saya lakukan. Hal-hal itu amat sangat saya sesali bahkan hingga saat ini. Percayalah, pada akhirnya kita akan berada di satu titik dimana kita benar-benar menyesali atas segala hal - sekecil apapun itu - yang pernah kita lakukan dahulu. Ya, memang. Kesalahan membuat kita belajar dan saya harap kita semua bisa belajar dari kesalahan-kesalahan kita dan menjadikan kesalahan kita itu sebagai batu pijakan untuk menjadi lebih baik.

Hingga tiba saatnya saya berangkat umroh. Saya sungguh sangat takjub dan bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan pada saya selama saya menjalankan ibadah umroh. Saat tiba di Jeddah, tidak ada perasaan yang khusus, semua berjalan biasa biasa saja. Sedikit cemas dan was-was. Hingga saya memasuki kota Madinah, kota Rasulullah SAW, kota tempat Rasulullah SAW tinggal, tempat Rasul kita, Muhammad SAW, dimakamkan, tempat Rasulullah SAW menghabiskan banyak masa hidupnya. Ketika memasuki tanah haram, rasanya tubuh saya seperti disiram air yang sangat dingin. Hati saya berdebar dan bergetar. Sulit dibayangkan rasanya berada begitu dekat dengan Rasululllah SAW. Saya tidak pernah menyangka saya memiliki kesempatan untuk bisa berada di bawah langit yang sama dan di atas tanah yang sama dengan tempat Rasulullah SAW pernah tinggal. Saya tidak pernah menyangka bahwa saya, seseorang yang penuh dosa ini, diizinkan Allah SWT untuk memasuki tanah Haram. Saya hanya bisa bersujud syukur karena Allah SWT memberikan kesempatan itu untuk saya. Kemudian saya dilingkupi perasaan sedih. Tepatnya haru, karena Maha Baik Allah SWT yang mengizinkan saya yang begini hina untuk merasakan perasaan yang sulit sekali saya deskripsikan ketika berada di tanah Haram.

Di tanah Haram Madinah, saya mulai merasa rindu sekali dengan Rasulullah SAW dan saya mulai menyesal dengan waktu yang telah saya lewati tanpa mengingat beliau. Rasanya saya tidak ingin jauh dari masjid Nabawi, masjid Rasulullah SAW. Rasanya saya tidak ingin lagi berada terlalu jauh dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun, kala itu masih ada keraguan dalam hati saya untuk berhijrah.

Di Madinah, atas Kuasa Allah SWT, saya diberikan kesempatan untuk bisa masuk ke dalam Rhaudah, makam Rasulullah, dan beribah di dalam masjid yang bersebelahan persis dengan makam Rasulullah. Tidak kuasa saya untuk menahan tangis. Rasanya saya begitu dekat dengan Rasulullah. Saya masih menyesal karena saya banyak mengingkari ajaran dan sunnah nya. Padahal Rasulullah selalu meminta ampunan bagi umatnya kepada Allah SWT, tapi saya sebagai umatnya Rasulullah SAW, malah banyak mangkir dan ingkar dari apa yang sudah diajarkan nabi Muhammad SAW. Saya begitu malu dan menyesal. Sambil menangis, saya bersyukur atas kesempatan yang datang kepada saya untuk merasakan perasaan itu. Di dalam bangunan asli masjid Nabawi, saya memohon ampun dan berdoa kepada Allah SWT. Disitu, hati saya mulai berniat untuk membuat janji. Janji yang sampai saat ini In Syaa Allah masih saya jalani. Hijrah.

Dari Madinah kegiatan umroh pun dilaksanakan, umroh ke kota suci Makkah. Kota dengan daya tarik terbesar di muka bumi ini. Kota yang menjadi magnet terbesar bagi seluruh umat Muslim di bumi ini. Kota yang menjadi pusat di muka bumi ini. Masya Allah. Lagi lagi hati saya dinaungi perasaan berdebar dan merinding. Betapa dekatnya saya dengan Ka'bah. Ka'bah yang menjadi kiblat bagi umat Muslim seluruh dunia. Ka'bah yang biasanya hanya ada di dalam bayangan ketika kita solat di rumah. Ya Allah 'Azza Wa Jalla. Perasaan haru lagi-lagi datang dalam hati saya. Begitu Allah SWT Maha Baik yang membiarkan saya, yang penuh dosa dan nista ini, menginjakkan kaki di tanah suci Makkah.

Ketakutan saya lainnya sebelum berangkat umroh adalah saya takut saya tidak bisa menangis ketika melihat Ka'bah. Karena banyak pendapat yang berkata bahwa jika seseorang yang melihat Ka'bah dan ia tidak menangis, berarti orang itu memiliki hati yang keras. Saya sendiri merasa berhati keras, dan saya takut saya tidak akan menangis atau tergetar hatinya ketika melihat Ka'bah. Memasuki Masjidil Haram, saya semakin berdebar. Saat itu ustadz yang memimpin rombongan kami, menyarankan untuk kita menjalankan solat Isya terlebih dahulu sebelum memasuki area Ka'bah. Perasaan saya masih saja berdebar. Rasanya berada di dalam bangunan Masjidil Haram seperti mimpi. Mimpi yang bahkan tidak berani saya impikan sebelumnya. Setelah solat dan berdoa, rombongan kami pun mulai memasuki area Ka'bah. Begitu nampak Ka'bah di depan wajah saya, perasaan yang saya rasakan adalah perasaan rindu. Entah bagaimana, perasaan itu seperti perasaan ketika seseorang melepas rindu. Ya, saya merasa seperti akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang selama ini sangat saya rindukan, yang selalu saya nantikan pertemuannya. Masya Allah. Sulit sekali saya mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan saya saat itu. Kali pertama perjumpaan saya dengan bangunan suci Ka'bah. Benar-benar seperti magnet. Rasanya ingin sekali berlama-lama melihatnya dan berdoa kepada Allah SWT didepannya. Keyakinan saya luar biasa hebat ketika berada di dekat Ka'bah. Saya merasa Allah SWT benar benar dekat di hati saya. Saya merasa Allah SWT terus menerus mengikuti saya sepanjang saya berada di dalam masjidil Haram. Begitu dekat..

Hingga sampai hari terakhir saya di masjidil Haram, saya masih belum berkesempatan untuk menyentuh kiswah Ka'bah. Sedikit iri dalam hati ketika beberapa orang di rombongan saya menceritakan pengalaman mereka untuk menyentuk kiswah. Tapi saya juga sadar, itu sebagai bahan introspeksi diri saya, bahwa saya masih manusia berlumur dosa, saya masih menjadi manusia yang belum pantas untuk menyentuh Ka'bah. Akhirnya saya mencoba mengikhlaskan hal itu. Sampai akhirnya tawaf Wada selesai dilaksanakan, ustadz saya bertanya, "adakah di antara jama'ah ini yang belum berkesempatan untuk menyentuh Ka'bah?", saya pun mengangkat tangan.
"Saya ustadz. Saya belum."
"Mau pegang?"
"Mau, tadz."
"Yaudah ayuk. bershalawat lah pada nabi Muhammad SAW dan berdzikir kepada Allah SWT. In Syaa Allah kita coba mendekati Ka'bah."

Saya pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh ustadz. Dan Maha Suci Allah SWT, ketika saya berjalan menyebrangi kerumunan jama'ah yang sedang tawaf untuk sampai di dekat pintu Ka'bah, Allah SWT seperti membukakan jalan, Allah SWT memberikan kemudahan, seakan-akan orang-orang menyingkir untuk memberikan rombongan kami jalan menuju dinding Ka'bah. Saya dan jamaah berhasil sampai di depan dinding Ka'bah tepat di samping pintu Ka'bah. Awalnya di depan saya ada seorang ibu dari negara lain yang sedang berdoa, tapi tidak berapa lama, ibu itu berdiri pergi sehingga saya bisa leluasa menyentuh kiswah dan dinding Ka'bah. Masya Allah. Perasaan saat itu, benar benar seperti melepas rindu. Seperti perasaan tenang dan nyaman. Seperti perasaan yang kita rasakan ketika kita berada di dekat orang tua kita, tenang, aman, dan nyaman. Saya tidak ingin mengakhiri perasaan saya. Saya ingin terus merasakan hal semacam itu di dalam hati saya. Sangat indah, sangat menyenangkan dan menenangkan. Saat itulah, saya semakin mantap dan yakin untuk berhijrah. Saya ingin berhijrah. Saya ingin meninggalkan hal-hal yang tidak sejalan dengan perintah Allah. Saya ingin mengubah diri saya. Saya ingin terus berada dekat dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Saya harus meninggalkan diri saya yang dulu dan berhijrah ke arah yang lebih baik.

Sepulangnya ke tanah air, saya kembali ke aktifitas rutin saya. Proses hijrah saya diawali dengan hal yang paling sederhana, yaitu cara berpakaian. Saya mulai meninggalkan celana dan mengganti rok atau gamis. Saya tidak lagi mengenakan kerudung di atas dada, saya pelan palan mulai memanjangkan hijab saya. Memang tidak mudah karena saya mendapatkan banyak cemooh terutama dari teman-teman. Perlahan, teman-teman yang dahulu dekat dengan saya, satu per satu mulai menjauh. Beberapa teman mulai menjaga jaraknya dengan saya. Beberapa lainnya bahkan ada yang mengganggap saya mengikuti aliran esktrimis dan aliran aliran yang tidak jelas. Namun, Alhamdulillah saya masih memiliki sahabat-sahabat dan orang tua yang mendukung saya. Sehingga hal-hal seperti ini tidak menjadi kendala yang berarti bagi saya.

Red. Gambar ini diambil oleh Ayah saya 3 tahun sebelum saya umroh
Hal yang paling sulit dalam proses hijrah saya sejauh ini menurut saya adalah menahan diri. Menahan diri dari sifat ujub dan riya', menahan diri dari sifat sombong, menahan diri untuk tidak berinteraksi berdua duaan dengan lawan jenis, menahan diri untuk tidak terlibat perdebatan dan ghibah, menahan diri dari amarah, menahan diri untuk tidak mendengarkan musik, menahan diri untuk bersikap berlebihan, menahan diri dalam bersikap di luar syariat dan di luar adab seorang muslimah.

Cobaan pun datang silih berganti menguji keimanan saya. Beberapa kali saya sempat terpeleset, tapi dengan kebesaran Allah SWT, saya berusaha untuk istiqomah berada di jalan hijrah saya. Ini semua tidak lah mudah. Ketika kita berhijrah, demi Allah, dalam hati ada kalanya tersirat perasaan ujub (Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat ujub dan riya'. Semoga Allah SWT mengampuni kita semua). Ada kalanya kita memandang diri kita lebih baik dari mereka yang belum berhijrah. Subhanallah. Bahkan terkadang tanpa sadar kita sering kali memaksakan keyakinan kita kepada orang lain. Padahal belum tentu orang tersebut bisa menerima sesuatu seperti bagaimana kita menerimanya. Seperti perkataan seorang ustadz dalam kajian yang pernah saya ikuti, "Biarkan mereka membenci kita karena ilmu yang kita miliki, tapi jangan sampai mereka membenci kita karena akhlak yang kita miliki". Jangan sampai dengan ilmu yang kita miliki justru membuat kita semakin angkuh dan ketika menyampaikan ilmu, jangan sampai ada pemaksaan di dalamnya.

Hal sulit lainnya juga sempat datang dari pihak keluarga. Awalnya agak sulit meyakinkan orang tua bahwa saya ingin berhijrah, tidak hanya dari cara berpakaian tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Namun perlahan orang tua saya mulai menerima dan bahkan menjadi salah satu pihak yang paling mendukung. Saya hanya ingin mengembalikan fitrah saya sebagai seorang muslim. Saya ingin menjalankan apa yang telah disyariatkan oleh Allah SWT dan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Saya pelan pelan juga mulai meninggalkan musik. Ini juga yang sulit sekali karena biasanya dulu tiada hari tanpa musik. Tapi seperti salah seorang ustadz di salah satu kajian pernah katakan, "Musik akan memalingkan kita dari Al Qu'ran dan sebaliknya Al Qur'an akan memalingkan diri kita dari musik.", sejauh ini dengan bertemankan Al Qur'an, Alhamdulillah saya mulai meninggalkan musik. Alhamdulillah...

Proses hijrah ini cukup berat dan sulit. Tapi dengan kekuatan dari Allah SWT, segalanya menjadi terasa ringan. Hal ini juga karena, Alhamdulillah, saya memiliki sahabat-sahabat yang sangat mendukung proses hijrah saya. Saya mulai dikenalkan dengan acara-acara kajian rutin, saya diberikan berbagai macam pengetahuan yang sangat baik dan bermanfaat. Saya juga dipinjami buku-buku pengetahuan tentang fiqih. Ibu saya juga seringkali sharing ilmu dari hasil pengajian yang beliau ikuti.

Setelah mulai berhijrah, saya baru menyadari bahwa apa yang saya lakukan dahulu sangat jauh dari syariat Islam. Kini saya mulai memperbaiki semuanya. Mulai dari aqidah, akhlak, dan sunnah. Banyak sekali hal yang harus dipelajari. Seperti memulai semuanya dari awal. Saya merasa ingin semakin banyak belajar dan mencari tahu. Saya mulai mencoba mendatangi majelis majelis ilmu, berkenalan dengan teman-teman yang juga sedang berhijrah. Dan mengikuti beberapa kajian online.

Dari semua hal yang saya alami selepas umroh, ternyata ilmu dan pengetahuan yang selama ini saya banggakan tidaklah seberapa. Ternyata dulu saya begitu jauh dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. In Syaa Allah kini saya yakin bahwa hijrah adalah jalan yang paling baik.

Memang terkadang iman dalam diri ini sering sekali naik dan turun. Ketika keimanan itu mulai surut, saya mencoba untuk berinteraksi dengan teman teman yang juga sedang berhijrah, mendatangi kajian-kajian rutin, berinteraksi dengan orang-orang sholeh, atau cara yang paling mustajab adalah dengan membaca Al Qur'an. Berikut doa yang diajarkan nabi Muhammad SAW untuk meminta ketetapan hati dari Sang Pemilik Hati, Allah SWT:


يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Yaa Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi'ala Diinik

"Wahai Zat Yang Membolak Balikkan Hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu"



Begitulah kisah saya dalam melalui masa masa hijrah ini. Semoga menginspirasi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]

Semoga kita tergolong orang-orang yang mau menerima petunjuk dari Allah SWT. Aamiin Yaa Mujibassailiin Aamiin.


Wassalamu'alaikum Wr. Wb.



CRA.

Wednesday, September 23, 2015

Teluk Lampung 2015

Assalamu'alaikum...

Folks,

Akhirnya si Tata nge-blog lagi ya. Akhirnya... It's been more than one and a half year since my last post. Back in 2014, it was one of the most wonderful journey in my entire life. Yes, it was. I met great people, I got enormous experience, I went to glorious places, I had an amazing journey.
So, in the beginning of 2015, I got a new job. Well, Asahi Indofood hired me. So here I am, a regulatory officer for Asahi Indofood (Brand Club Waters). And I got my car license (yeay!). So, I almost fulfill all my wishes in 2014. Hehe. Alhamdulillah, all my achievement happen because of Almighty Allah SWT.

Where should I start this story? In this 2015, I still went to some beautiful places, heaven on earth they said. Hehe. I've visited Ambon, Pulau Seribu, Lampung, Pekanbaru, and I still have some plans to visit Sulawesi and Yogyakarta next month.
Maybe, I'm going to tell you my journey to Teluk Lampung. I went there with my friends and strangers! Yes, strangers. Jadi ceritanya gw ikut open trip sama tim dari Travelmate Indonesia. My reason to go there is simple, just because I miss sour water and I bored with my daily activity in the capitol city, Jakarta. Well, shall we begin...

I start my day on Friday, I went to the office as usual in Central Jakarta. Then, I chased the bus after work. Jadi, gw, mbak Fitri (temen yang sama-sama kerja di Asahi Indofood), mbak Estri (temen waktu di JCo), mbak Rina (temennya mbak Estri), Bang Bona (Pacarnya mbak Rina), dan mbak Niken (temennya mbak Fitri), kumpul di kantor gw di daerah Sudirman, Jakarta Pusat, setelah pulang kerja. Kita semua menyempatkan diri untuk makan malam dulu disekitaran kantor dan berangkat menuju Slipi Jaya untuk naik bis menuju merak. We catch the bus on 08.00 pm straight to Merak Harbor. Meeting point bersama tim yang dari Bandung, Serang, Tangerang, dan lokasi lainnya adalah di Pelabuhan Merak pukul 11.00 pm. Setelah tiba di Merak, kita solat Isya dulu and ready to go on 12.00 pm. Kita mulai naik kapal menuju Bakauheni dengan  waktu tempuh kurang lebih 3-4 jam.

Day 1
Pukul 04.00 am, kita tiba di Pelabuhan Bakauheni. Dari sana, kita kembali meng-absen tim yang berjumlah kurang lebih 35 orang. Memastikan semua sudah berkumpul, baru lanjut menuju Pelabuhan Ketapang menggunakan mobil rental. Perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni-Ketapang memakan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan dengan jalan yang relatif mulus dan sedikit berbatu. Setelah menyempatkan solat Subuh dan makan pagi, kita akhirnya tiba di Pelabuhan Ketapang tepat pukul 08.30 am. Sesampainya disana, kita langsung memulai aktivitas pertama yaitu Snorkling (menuju pulau Kelagian Lunik). Jadi di Pelabuhan Ketapang kita langsung berganti pakaian dan menyiapkan alat snorkling.

Pelabuhan Ketapang
Dari Pelabuhan Ketapang, kita snorkeling di spot snorkeling yang pertama. Di sekitaran pulau Kelagian Lunik. Disini ikannya banyak banget dan lucu-lucu. Banyak ikan nemo nya dan banyak kerang laut di dasarnya. Amazing moment adalah ketika gw memberanikan diri untuk mencicipi kerang laut mentah! Taste? Well, amazingly I should say it was tasty! Enak! Kayak makan sejenis jamur cuma ya agak amis aja. Rasanya ada sedikit manis-manisnya. Hahaha, seriously.


Pulau pertama yang dikunjungi adalah pulau Kelagian Lunik. Spot disana cocok untuk foto-foto cantik dan main-main air lucu. Kita juga menghabiskan waktu untuk makan siang disana. It was fun! Yang menarik dari Pulau Kelagian Lunik adalah pulau tersebut mempunyai 2 sisi pantai yang berbeda. Di satu sisi, pantainya mempunyai pasir putih yang halus, di sisi lainnya, pantainya adalah pantai bebatuan yang cantik dengan pohon-pohon bakaunya yang rindang.




Setelah istirahat sebentar dan makan siang, kita melanjutkan perjalanan selanjutnya yaitu menuju Pulau utama dari Teluk Lampung, yaitu Pulau Pahawang. Pulau Pahawang besar dan pulau Pahawang kecil. Di pulau Pahawang terdapat gosongan, yang jika air laut sedang surut, kita bisa menyebrang dari pulau Pahawang besar menuju pulau Pahawang kecil hanya dengan berjalan kaki! Beruntung, saat gw kesana, air laut sedang surut dan saking surutnya, perahu yang gw tumpangi terpaksa mengantri untuk bisa merapat ke dermaga dikarenakan sulit mendekati dermaga karena surutnya air laut. Momen tersebut akhirnya gw putuskan untuk snorkeling-snorkeling cantik sambil menunggu antrian.

Setelah perahu sudah bisa merapat, kita bisa foto-foto cantik sambil main main air lucu lagi di sekitar pulau. Air yang surut membuat pulau jadi nampak sangat luas!

Gosongan yang luas kayak lapangan sepak bola


Pulau Pahawang Kecil
Setelah menikmati keindahan pulau Pahawang, kita lanjut menuju penginapan yang berada di Tanjung Putus. Why Tanjung Putus? Karena Tanjung Putus adalah salah satu spot yang bagus banget untuk menikmati Sunrise di Teluk Lampung ini.

Penginapan di Tanjung Putus

Tanjung Putus di malam hari
Sunrise di Tanjung Putus
Sunrise at Tanjung Putus

Rombongan kami sampai di Tanjung Putus tepat saat adzan Ashar berkumandang, setelah bersih-bersih dan beribadah, kita sempat menikmati area di sekitar pulau yang tidak terlalu besar. Tak lama adzan magrib berkumandang, makan malam segera digelar, dan tidak tahan akan rasa kantuk, kami pun tertidur pulas.

Day 2
Sesuai dengan info yang diperoleh, ternyata sunrise di Tanjung Putus memang benar-benar indah. Laut di depan penginapan juga bisa dijadikan spot snorkeling dan banyak terdapat ikan-ikan laut yang berwarna warni dan cantik-cantik.

Setelah makan pagi, kita melanjutkan perjalanan menuju pulau pulau lainnya di sekitar teluk Lampung. Spot snorkeling yang pertama ada di sekitar Pulau Balak. Disana emang benar-benar kaya dengan pamandangan di dasar lautnya. Tapi perlu berhati-hati untuk snorkeling di sekitar permukaannya karena ada beberapa area yang cukup banyak terdapat ubur-ubur. Pada dasarnya sengatan ubur-ubur tidak terlalu berbahaya, hanya saja sengatannya akan membuat sensasi yang aneh di badan kita. Gw beberapa kali kena sengatannya (haha).

Setelah lelah bersnorkeling, kita menuju pulau Balak nya. Pulau yang masih sangat sepi karena masih belum banyak terjamah manusia. Cantik sekali.

Setelah puas menikmati keindahan pulau Balak, kita lanjut menuju pulau berikutnya yaitu pulau Loh. Berhubung, kita kesana saat momen hari Kemerdekaan, jadilah kita menyelenggarakan upacara 17an di pulau Loh. Upacara nya berjalan secara simbolis. 

Upacara 17-an di Pulau Loh, Lampung

Keindahan pantai di Pulau Loh

Well, it was wonderful time untuk bisa berpetualang mengelilingi pulau-pulau yang ada disekitaran Teluk Lampung.

Setelah puas menjelajah pulau-pulau yang ada di Teluk Lampung, kami kembali ke penginapan di Tanjung Putus untuk siap-siap pulang menuju Pelabuhan Ketapang. Dari Tanjung Putus menuju Pelabuhan Ketapang dicapai menggunakan perahu kayu, dicapai kurang lebih 45-60 menit.

Sesampainya di Pelabuhan Ketapang sudah ada mobil rental yang siap membawa kami untuk makan siang (sekalian sore), sekaligus membeli oleh-oleh khas Lampung (pisang cokelat dan snack2 khas Lampung lainnya).

Kami tiba di Pelabuhan Bakauheni tepat saat adzan Magrib berkumandang, setelah mengabsen tim, kami langsung menuju kapal yang membawa kami menuju pelabuhan Merak. Berhubung kami sudah sangat lelah, kami memilih ruang VIP di kapal. Kami tertidur pulas selama perjalanan menuju pelabuhan Merak.

Kami tiba di Pelabuhan Merak pukul 12.00 pm. Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan teman seperjalanan, gw langsung mencari bis yang akan mengantarkan gw ke rumah gw di Tangerang, and finally home.

Those all moments when I went to Teluk Lampung. Incredible moment, it was. Membuat gw semakin ketagihan untuk memiliki petualangan lainnya lagi dan lagi.

After this, gw sedang menyusun rencana perjalanan menuju Pulau Sangihe, tepatnya ke Kabupaten Tahuna, Sulawesi Selatan, dan perjalanan lainnya bersama teman-teman gw untuk menyusuri pantai-pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.

Semoga tahun 2015 juga memiliki kenangan seindah kenangan di 2014, dan bahkan lebih! Anyway, folks!


Wassalam.

CRA.



Monday, May 20, 2013

my first

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Gw mau ngebahas soal pilihan hati gw untuk menggunakan hijab. Kenapa? Karena ingin. Karena ini adalah langkah awal gw untuk mematuhi perintah Allah SWT.

Gw mulai berhijab tuh pertengahan semester kelas X SMA. Sekitar tahun 2005. Awalnya, gw mulai pake hijab didasari rasa berhutang gw sama guru SMP gw waktu itu. Ketika gw SMP, gw pernah diisengin sama guru matematika gw dengan pertanyaan, "Ta, kapan kamu mau pake kerudung?". Itu pertanyaan random banget yang pernah ditanyain guru matematikan gw. Kenapa bapak itu nggak menanyakan soal bagaimana rumus trigonometri atau sejenisnya? Ya jadi asal aja gw jawab, "Nanti pak, kalo diterima di SMA 1". Jadilah janji tak tersirat gw sama guru matematika itu, dan tentunya sama Allah. Karena perkataan adalah janji. Klo nanti gw diterima di SMA 1, gw akan pake kerudung.

Masuklah ke tahun 2005 ketika gw ternyata Alhamdulillah diterima di SMA terfavorit di Tangerang itu. Gw bahkan awalnya lupa sama janji gw soal berkerudung ini. Ketika gw main-main ke SMP yang notabene letaknya persis di sebelah SMA gw, gw ketemu dengan guru matematika gw. Guru gw bangga karena gw bisa masuk SMA 1, beliau bercerita banyak hal dan memberikan petuah-petuah khas guru untuk muridnya. Sampai akhirnya gw pamit pulang, beliau masih belum membahas soal kerudung. Gw pamit dan menyalami tangannya. Beliau akhirnya berkata, "Ta, koq belum pake kerudung?". Gw cuma bisa cengar cengir.

Tapi pertanyaan itu cukup membekas di hati gw. Akhirnya gw memutuskan untuk pelan-pelan berhijab. Maksudnya pelan-pelan disini adalah gw akan mulai berhijab untuk lingkungan sekolah aja dulu. Untuk keluar jalan-jalan selain ke sekolah, gw akan coba-coba. Tapi ketika gw pertama kalinya menggunakan hijab ke sekolah, nyokap berpesan, "Kalo kamu udah memutuskan untuk berhijab, jangan setengah-setengah. Harus mantap."

Banyak respon positif soal keputusan gw berhijab dari pihak RohIs sekolah. Bahkan gw dipanggil kakak-kakak RohIs Putri untuk dikasih hadiah dan ucapan selamat atas keputusan gw berhijab. Ibarat, udah terlanjur basah. Masa nanti gw lepas pasang? Apa anggapan kakak-kakak RohIs gw nanti? Cuma itu pikiran gw saat itu. Jadilah gw nggak pernah melepas hijab gw selain di rumah sejak saat itu.

Kalo dirunut dari cerita gw, nggak ada satupun alasan gw yang mengarah kepada alasan takut sama Allah ya? Tapi seiring berjalannya waktu, gw bangga sama hijab dan gw makin yakin sama pilihan gw. Meski gw kadang masih bertanya-tanya, apakah cara gw mengenakan hijab sudah benar atau masih salah. Alasan lain gw berhijab adalah karena gw ingin menegaskan agama yang gw anut. Fyi, gw punya muka yang agak berbeda dari orang Indonesia kebanyakan dengan rambut cokelat muda, cenderung kemerahan dan mata sipit. Banyak orang yang menganggap gw non Islam. Bahkan ketika awal masuk SMA, gw nggak pernah diajak untuk ikut kegiatan RohIs. Gw malah dikasih selebaran organisasi agama selain Islam. Beberapa orang malah bertanya terlebih dahulu apakah gw muslim atau bukan. Menyebalkan memang karena harus bolak balik mempertegas agama gw sendiri.

Karena itulah, hijab adalah jawaban atas kegundahan gw. Sebagian keluarga gw bahkan nggak setuju kalo gw berhijab.  Tante-tante gw juga. Karena sebagian dari mereka belum berhijab. Mereka merasa malu karena gw duluan yang berhijab. Tapi akhirnya mereka ikut berhijab juga. Sepupu-sepupu gw juga begitu. Gw adalah orang pertama yang mengenakan hijab diantara keluarga untuk generasi gw. Tapi pada akhirnya Alhamdulillah sepupu-sepupu perempuan gw ikut berhijab meski beberapa masih suka labil (alias buka tutup).

Pertentangan terbesar datang dari keluarga gw yang non Islam. Mereka bersikukuh kalo gw lebih cantik tanpa mengenakan hijab. Mereka berkali-kali menggoda gw dengan mengatakan gw mirip nenek-nenek kalo pake kerudung. Tapi gw mencoba menanggapinya dengan santai. "Takut dijambak nanti di akhirat." *Eh, nggak dink.

Gw cuma jawab santai, "Soalnya aku mau nanti suami aku aja yang liat cakepnya aku. Hahahaha". Tapi ternyata jawaban gw itu nggak memuaskan mereka. Mereka masih saja membahas soal keputusan gw berhijab kalo gw ketemu mereka. Tapi yah, biarlah. Kalo keputusan gw berhijab mulus-mulus aja dan nggak ada tantangannya juga kurang asik kan? Dan gw juga inget pernah ada hadist yang membahas, semakin tinggi derajat keimanan seseorang, akan semakin besar juga cobaan dan ujiannya.

Anyway, berhijab adalah jalan yang gw pilih. Salah satu firewall gw juga dari godaan setan dan juga untuk mengingatkan gw agar menjaga sikap. Nggak mau kan ada tanggapan orang, "ih berkerudung tapi koq.. bla bla bla". Makanya jangan cuma kepala yang dikerudungi tapi hati juga. In Syaa Allah.

Tapi setidaknya dengan satu pilihan untuk berhijab, In Syaa Allah bisa membantu gw untuk membatasi diri. Aamiin.

Well, that's my story. What's yours? :)


Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

CRA



Monday, August 29, 2011

Happy Ied Fitr

Happy Ied Fitr everyone...I know...I know...I say it earlier than should be. I said it early because I know that in that day, I must be very busy so I can't even post anything in this blog. It must be a hectic day. Keke...

Anyways, since Lebaran is coming through, I'll post something that related to this season. Actually, in my calender, Lebaran should be tomorrow. But, in the fact, Lebaran will be the day after tomorrow. Well, there's a reason why Lebaran is delayed until the day after tomorrow. In Islamic Calender, Ied Fitr coincides with 1 Syawal. But, how do we determine 1 Syawal? Well, this is the critical point.

Keke, I've found a good read article lately...Here you go. Read it. So, you can pull out your own conclusions about Ied Fitr. And yes! Ied Fitr is different than another feast...To determine it, required some difficult efforts. We can't arbitrarily determine on which day Ied Fitr should be celebrated.

Ah, and there are some opinions about fasting in the 'day-which-some-people-believe-is-Ied-Fitr'...maybe you'll ask, "jadi, besok gue puasa atau nggak ya? kan lebarannya lusa tapi besok udah ada yang lebaran" or maybe "besok haram nggak yah puasa? soalnya nggak yakin kapan tepatnya 1 syawal tiba" or even "daripada haram, mendingan besok nggak usah puasa. nggak apa-apa bolong satu daripada haram". Well, guys, those all are opinions. You don't have to take it as what it should be. Just do as you pleased. Do as you believed. Oh, I've found good answer from one of my friends, he said, "Kalo yakin 1 Syawalnya rabu ya besok gak haram puasa, malah wajib karena masih 30 Ramadhan. Kalo yakin 1 Syawal besok baru haram utk puasa."

So, if you, guys, believe that Ied Fitr will be held on Tuesday, you may not fast on that day because tomorrow is 1 Syawal (based on what you believe), but If you believe that Wednesday is 1 Syawal, you have to fast tomorrow because tomorrow still Ramadhan 30th (still, based on what you believe). See? It's all about faith...

Anyhow, hope it may be useful for you all folks...Happy Ied Fitr everyone...Bye bye Ramadhan and Welcome Syawal! Please, forgive me for every mistakes I've made. Minal Aidin Wal Faidzin...Amin...


Tuesday, August 23, 2011

Felt Fabric Dolls

Ahoy folks!
How was your fasting lately? Have your fasting ever 'bolong'? I hope you still keep your commitment to have a month full of fasting! Anyway, these days I do really really really have nothing to do. I do have so much spare time. Sooo, I always find myself things to do. Haha.
Today, My dad and I were shopping while my mom had quality time with her friends...But, I won't post how my day goes by today. Things I wanna share the most is about my felt fabric hand made doll. Since I made mr. brocca and ms. whitpy, I keep trying to make it better and I've just realized that I've created some dolls during my spare time. My creativity to made it is increasing...well, I guess. I made it in shorter time than before. I made 4 dolls in 3 hours. Oaaaahhh...I do appreciate myself *applause please.
I won't talk too much. You, guys, may enjoy the picts...







What do you, guys, think? I hope people like it. Well, actually I plan to make this kind of doll and give it to my friends. Also, I do plan to advertise these dolls to people...Do you think people want to buy this kind of doll? Do you think these dolls are capable to be sold? How much price I should tag to these dolls? Aaaahhh...I should consul this matter to my accountant (*red. my brother).

Regards,



Monday, August 22, 2011

Pop-up book on progress

Hello everyone...it's moooaaaannndddaaayyy by the way...the day which always be hated by common people. But, since I have a lot of things to do, today's become the day I love...keke...My project, today, is making Pop-up book for my mom. Actually, I've started this project since last year, but just like my mom always said, I'm the kind of person that can be bored quickly by my own activities.
So, finally I get my mood back to continue this looong project..But, still...I haven't finished it yet..I only got 2 pages. What a shame! Although I get my mood back, I can't find my stuffs to create this book. Also, it lacks of tools and materials. I even can't find my cutter!! Argh...
Anyway, I don't wanna waste my time to such useless things so I keep my work.
actually, I did all of this in my terrace *and with this kind of view. keke

It hasn't finished yet. Soon, if my mood back again to continue this book, I'll post you how it turns into. Keep rockin'!!

Sunday, August 21, 2011

Cookies

Today I made these cookies. I don't have any purposes why I made these cookies. I just wanna fill my spare time. Keke...Well, since I made it, I'll share to y'all how to make it. Easy. Simple. You don't have to prepare difficult ingredients 'cause you can purchase it from any markets. The ingredients are easy to find. Seriously...*and I'll explain it in bahasa. so don't worry :)

Bahan-bahan:
150 g margarin
75 g   gula halus
20 g   moccachino/chocolate powder
1 btr   telur ayam
175 g tepung terigu rendah protein
15 g   tepung maizena

pelengkap:
suka-suka (you can use chocochips, meises, oreo, cococrunch, etc)

Cara membuat: *i'll share it with picts ;)
1. Kocok margarin, gula halus, bubuk cokelat atau mocca, dan telur dengan mixer selama 30 detik saja.




2. Tambahkan terigu dan maizena ke dalam adonan, aduk hingga rata

3. cetak dengan menggunakan sendok teh diatas loyang yang telah dioles margarin





4. tambahkan bahan pelengkap sesuai dengan selera

5. panggang didalam oven dengan suhu 150 C selama 25 menit atau dengan oven menggunakan api sedang selama 30 menit.

6. voila! jadi...hidangkan setelah agak dingin dan mengeras...:)

so, what do you think? looks delicious, eh? well then, have a great trial...fighting!

p.s.: thanks to my darla, Ari Sulistyani, who shared this recipe to me. love ya! :*