Monday, May 20, 2013

my first

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Gw mau ngebahas soal pilihan hati gw untuk menggunakan hijab. Kenapa? Karena ingin. Karena ini adalah langkah awal gw untuk mematuhi perintah Allah SWT.

Gw mulai berhijab tuh pertengahan semester kelas X SMA. Sekitar tahun 2005. Awalnya, gw mulai pake hijab didasari rasa berhutang gw sama guru SMP gw waktu itu. Ketika gw SMP, gw pernah diisengin sama guru matematika gw dengan pertanyaan, "Ta, kapan kamu mau pake kerudung?". Itu pertanyaan random banget yang pernah ditanyain guru matematikan gw. Kenapa bapak itu nggak menanyakan soal bagaimana rumus trigonometri atau sejenisnya? Ya jadi asal aja gw jawab, "Nanti pak, kalo diterima di SMA 1". Jadilah janji tak tersirat gw sama guru matematika itu, dan tentunya sama Allah. Karena perkataan adalah janji. Klo nanti gw diterima di SMA 1, gw akan pake kerudung.

Masuklah ke tahun 2005 ketika gw ternyata Alhamdulillah diterima di SMA terfavorit di Tangerang itu. Gw bahkan awalnya lupa sama janji gw soal berkerudung ini. Ketika gw main-main ke SMP yang notabene letaknya persis di sebelah SMA gw, gw ketemu dengan guru matematika gw. Guru gw bangga karena gw bisa masuk SMA 1, beliau bercerita banyak hal dan memberikan petuah-petuah khas guru untuk muridnya. Sampai akhirnya gw pamit pulang, beliau masih belum membahas soal kerudung. Gw pamit dan menyalami tangannya. Beliau akhirnya berkata, "Ta, koq belum pake kerudung?". Gw cuma bisa cengar cengir.

Tapi pertanyaan itu cukup membekas di hati gw. Akhirnya gw memutuskan untuk pelan-pelan berhijab. Maksudnya pelan-pelan disini adalah gw akan mulai berhijab untuk lingkungan sekolah aja dulu. Untuk keluar jalan-jalan selain ke sekolah, gw akan coba-coba. Tapi ketika gw pertama kalinya menggunakan hijab ke sekolah, nyokap berpesan, "Kalo kamu udah memutuskan untuk berhijab, jangan setengah-setengah. Harus mantap."

Banyak respon positif soal keputusan gw berhijab dari pihak RohIs sekolah. Bahkan gw dipanggil kakak-kakak RohIs Putri untuk dikasih hadiah dan ucapan selamat atas keputusan gw berhijab. Ibarat, udah terlanjur basah. Masa nanti gw lepas pasang? Apa anggapan kakak-kakak RohIs gw nanti? Cuma itu pikiran gw saat itu. Jadilah gw nggak pernah melepas hijab gw selain di rumah sejak saat itu.

Kalo dirunut dari cerita gw, nggak ada satupun alasan gw yang mengarah kepada alasan takut sama Allah ya? Tapi seiring berjalannya waktu, gw bangga sama hijab dan gw makin yakin sama pilihan gw. Meski gw kadang masih bertanya-tanya, apakah cara gw mengenakan hijab sudah benar atau masih salah. Alasan lain gw berhijab adalah karena gw ingin menegaskan agama yang gw anut. Fyi, gw punya muka yang agak berbeda dari orang Indonesia kebanyakan dengan rambut cokelat muda, cenderung kemerahan dan mata sipit. Banyak orang yang menganggap gw non Islam. Bahkan ketika awal masuk SMA, gw nggak pernah diajak untuk ikut kegiatan RohIs. Gw malah dikasih selebaran organisasi agama selain Islam. Beberapa orang malah bertanya terlebih dahulu apakah gw muslim atau bukan. Menyebalkan memang karena harus bolak balik mempertegas agama gw sendiri.

Karena itulah, hijab adalah jawaban atas kegundahan gw. Sebagian keluarga gw bahkan nggak setuju kalo gw berhijab.  Tante-tante gw juga. Karena sebagian dari mereka belum berhijab. Mereka merasa malu karena gw duluan yang berhijab. Tapi akhirnya mereka ikut berhijab juga. Sepupu-sepupu gw juga begitu. Gw adalah orang pertama yang mengenakan hijab diantara keluarga untuk generasi gw. Tapi pada akhirnya Alhamdulillah sepupu-sepupu perempuan gw ikut berhijab meski beberapa masih suka labil (alias buka tutup).

Pertentangan terbesar datang dari keluarga gw yang non Islam. Mereka bersikukuh kalo gw lebih cantik tanpa mengenakan hijab. Mereka berkali-kali menggoda gw dengan mengatakan gw mirip nenek-nenek kalo pake kerudung. Tapi gw mencoba menanggapinya dengan santai. "Takut dijambak nanti di akhirat." *Eh, nggak dink.

Gw cuma jawab santai, "Soalnya aku mau nanti suami aku aja yang liat cakepnya aku. Hahahaha". Tapi ternyata jawaban gw itu nggak memuaskan mereka. Mereka masih saja membahas soal keputusan gw berhijab kalo gw ketemu mereka. Tapi yah, biarlah. Kalo keputusan gw berhijab mulus-mulus aja dan nggak ada tantangannya juga kurang asik kan? Dan gw juga inget pernah ada hadist yang membahas, semakin tinggi derajat keimanan seseorang, akan semakin besar juga cobaan dan ujiannya.

Anyway, berhijab adalah jalan yang gw pilih. Salah satu firewall gw juga dari godaan setan dan juga untuk mengingatkan gw agar menjaga sikap. Nggak mau kan ada tanggapan orang, "ih berkerudung tapi koq.. bla bla bla". Makanya jangan cuma kepala yang dikerudungi tapi hati juga. In Syaa Allah.

Tapi setidaknya dengan satu pilihan untuk berhijab, In Syaa Allah bisa membantu gw untuk membatasi diri. Aamiin.

Well, that's my story. What's yours? :)


Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

CRA



No comments: